Pengikut

Rabu, 11 Januari 2012

IKATAN PERSAUDARAAN ANTARA SESAMA MUSLIM DAN PENTINGNYA KESEHATAN

1.      Ikatan Persaudaraan antar Sesama Muslim
a.      Orang Islam itu Bersaudara
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Oleh karena itu orang Islam diwajibkan untuk selalu berbuat baik kepada sesamanya, seperti mereka berbuat baik kepada saudaranya. Seorang muslim harus membantu sesama muslim jika mereka sedang dalam kesulitan, dan harus turut bahagia jika orang lain bahagia. Seseorang akan selalu berbuat baik kepada saudaranya, sehingga tak ada seorangpun yang akan membiarkan apabila saudaranya teraniaya atau tersakiti.
Orang yang selalu mementingkan saudaranya akan dibalas oleh Allah seperti apa yang ia lakukan. Sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang berbunyi:

Artinya: Abdullah bin Umar r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Seorang muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari kiamat. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits tersebut telah dijelaskan bahwa setiap orang Islam adalah saudara bagi orang Islam lainnya. Oleh karena itu seorang muslim dilarang menganiaya saudaranya dan tidak boleh membiarkan orang lain menganiayanya. Karena apa orang muslim tidak boleh menganiaya orang muslim yang lain?, disebabkan karena menganiaya itu adalah perbuatan yang diharamkan, dan hendaknya orang Islam tidak boleh saling menyakiti akan tetapi harus saling menolong dalam kebaikan dan membantu dalam mencegah kemadharatan. Kesulitan atau kesusahan yang menimpa saudara kita di dunia ketika kita membantu untuk meringankan bebannya dan bahkan menghapus kesulitannya di dunia, maka di akhirat kelak kitalah yang akan mendapatkan apa yang kita kerjakan di dunia dengan membantu mengurangi kesulitan orang lain.
b.      Orang-Orang Beriman itu Ibarat Sebuah Bangunan
Betapa butuhnya manusia satu terhadap manusia lainnya, dan jelas bahwa hanya melalui temannyalah manusia memperoleh kesempurnaan eksistensi dirinya, dan dalam keadaan terdesak manusia tentu akan meminta pertolongan kepada manusia lainnya. Karena manusia diciptakan dengan membawa kekurangan yang harus disempurnakan tidak hanya oleh dirinya sendiri. Maka dari itu dibutuhkan keadaan di mana berbagai orang bersatu dengan kesepakatan dan keselarasan seperti sebuah bangunan, yang apabila salah satu unsurnya rusak maka tentu akan kelihatan rusak seluruhnya.
Artinya: Abu Musa r.a. berkata: Nabi SAW. Bersabda: seorang mu’min terhadap sesama mu’min bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu Nabi SAW mengeramkan jari-jarinya. (Bukhori, Muslim).
Kita harus ingat bangunan itu seperti apa? ada bangunan misal rumah, di situ ada tiang, ada pondasi, ada atap, ada dinding dan lain-lain. Ketika salah satu komponen hilang maka bangunan tidaklah akan sempurna, dan jika rumah (bangunan itu) dihuni maka orang tidak akan betah, karena tidak sempurnanya bangunan tersebut. Bagaimana jadinya jika keadaan bangunan tersebut terdapat pada seorang muslim, tentunya mereka juga akan bercerai berai jika tidak terjadi kesesuaian, keseimbangan dan persahabatan yang kuat.
c.       Larangan Mencaci Orang Islam
Orang Islam dilarang mencaci orang Islam lainnya dikarenakan semua orang Islam itu adalah bersaudara. Selain itu Allah juga sangat tidak menyukai orang yang mencaci sesamanya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Allah ta’ala berfirman: anak Adam mengganggu pada-Ku , karena ia memaki-maki masa, padahal Akulah masa itu, sebab di tangan-Ku segala urusannya, Aku yang mengubah malam dan siangnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
2.      Pentingnya Kesehatan
a.       Mukmin yang Kuat lebih baik daripada Mukmin yang Lemah
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a , ia berkata: “Bersabda Rasulullah saw: “Orang mu’'min yang kuat itu lebih baik daripada orang mu’min yang lemah. Pada tiap-tiap sesuatu itu ada kebaikan, oleh karena itu bersungguh-sungguhlah kepada apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah, jangan putus asa. Bila kamu memperoleh sesuatu, sekali-kali jangan kamu berkata: “Ini, hasil pekerjaanku, sebab seandainya aku tidak berbuat begini, maka tidak mungkin akan terjadi begini”. Tetapi katakanlah: “Allah telah menaqdirkanku dapat mengerjakan ini, seandainya tidak atas kehendaknya, tidak mungkin dapat (seperti ini) sebab perkataan “seandainya” yakni: “menyombongkan pekerjaan sendiri itu membukakan pintu bagi pekerjaan setan”. (HR. Imam Muslim).
Jadikanlah apa yang terjadi pada diri kita, apa yang telah dialami diri kita, sebagai suatu ketentuan dari Allah kepada diri kita dan pahamilah bahwa itu semua kehendak dari Allah yang harus kita jadikan sebagai ibarat untuk mengambil kemanfaatan ilmu dan menjadi evaluasi agar apa yang kita lakukan menjadi lebih baik.
Jiwa yang sehat amatlah penting tetapi ada yang lebih penting lagi dari itu yaitu hati yang sehat dan hati yang bersih. Namun akan lebih baik jika tubuh kita sehat, karena ada pepatah mengatakan bahwa: “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula”.
b.      Lima Macam dari Fitrah Manusia
Kesehatan sangat diperlukan manusia demi kelancaran aktivitasnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan oleh manusia untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Manusia bisa menjaga kesehatan dengan selalu makan makanan yang bergizi, selalu rajin berolah raga, maupun dengan cara menjaga tubuh dari serangan kuman-kuman penyakit. Dalam sebuah hadits disebutkan beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Hadits tersebut berbunyi:
Artinya: Abu Hurairah ra. berkata: Nabi saw. Bersabda: Tuntunan fitrah lima (lima dari tuntunan fitrah): 1. Khitan, 2. Mencukur bulu disekitar kemaluan, 3. Mencabut bulu ketiak, 4. Memotong kuku, 5. Memotong atau menggunting kumis. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits diatas menerangkan tentang berbagai hal yang seyogyanya dipotong, karena keutamaannya sangatlah besar, selain untuk menjaga kesehatan juga untuk menjaga kesucian. Apabila kelima hal di atas dibiarkan begitu saja tentunya akan dimanfaatkan oleh kuman-kuman sebagai sarang tempat mereka berkembangbiak, dengan kita membiarkan kuman-kuman tersebut berkembang biak berarti kita membiarkan penyakit bersarang di tubuh kita. Sehingga kita diwajibkan untuk selalu memperhatikannya.
c.       Perintah Bersikat Gigi
Keutamaan orang selalu rajin menggosok gigi sangatlah besar, diantaranya: gigi menjadi kuat, gigi menjadi putih, gigi tidak berlubang, dan mulut tidak berbau. Rasulullah juga sangat menyenangi bersiwak (gosok gigi), Karena itu beliau bersabda:
Artinya: Abu Hurairah ra. berkata: Rasul saw. Bersabda: Andaikan aku tidak kuatir memberatkan pada umatku (atau pada orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan sembahyang. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah sangatlah menganjurkan untuk menggosok gigi atau bersiwak. Dalam hadits lain yang telah diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan bahwa ketika kita bersiwak hendaknya sampai ke tenggorokan sehingga ludah dapat berkurang. Dalam kitab Ta’limul Muta’alim diterangkan bahwa dengan bersiwak atau gosok gigi dapat meningkatkan daya ingat.
Menggosok gigi itu hukumnya sunah, diperbolehkan menggosok gigi dengan menggunakan kain, namun yang lebih utama adalah dengan menggunakan kayu iraq dan dengan menggunakan sesuatu yang berbau wangi/harum. Kesunatan tersebut juga ditujukan kepada orang yang tidak mempunyai gigi sama sekali.
Waktu-waktu di mana kita disunatkan bersiwak antara lain: ketika hendak melakukan sholat, ketika membaca Al-Qur’an dan hadits, ketika mulut mengeluarkan bau tak sedap, ketika gigi berwarna kuning, dan ketika kita bangun dari tidur maupun sebelum tidur.
d.      Tatkala terjadi wabah di suatu tempat
Ada banyak hal mengapa Allah menurunkan wabah penyakit ke sebuah daerah. Bisa jadi wabah itu diturunkan oleh Allah karena Allah ingin menguji kesabaran umat di daerah tersebut, atau juga karena Allah hendak memberi azab pada umat di daerah tersebut. Banyak hal dapat dilakukan ketika terjadi wabah di suatu tempat, seperti dalam hadits di bawah ini:
Artinya: Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang diturunkan Allah kepada sebagian Bani Isra’il atau atas umat yang sebelummu, maka bila kalian mendengar bahwa penyakit itu berjangkit di suatu tempat janganlah kalian masuk ke tempat itu, dan jika di daerah di mana kamu telah ada di sana maka jangan kalian keluar dari daerah itu karena melarikan diri daripadanya. (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits di atas menganjurkan bahwa jika kita mendengar ada penyakit yang sedang berjangkit di suatu tempat maka sebaiknya jangan masuk tempat itu, tetapi jika penyakit itu sedang mewabah di daerah tempat tinggal kita maka alangkah lebih baiknya jika kita jangan keluar dari tempat itu, karena bisa jadi daerah lain akan tertular penyakit tersebut dan seolah-olah menunjukkan bahwa kita tidak percaya takdir Ilahi. Dalam hadits yang lain juga disebutkan:
Artinya: Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Umar bin Al Khattab r.a. keluar ke syam dan ketika sampai di Sarigh bertemu dengan perwira-perwira dari tentara dan pimpinan mereka Abu Ubaidah bin Al Jarrah, mereka memberitahu padanya bahwa Waba’ (cacar, muntaber) sedang berjangkit di Syam. Umar berkata kepada Ibn Abbas: kumpulkan kemari sahabat muhajirin, maka setelah datang mereka diajak musyawarah dan diberi tahu bahwa waba’ sedang berjangkit di Syam, tiba-tiba mereka berselisih faham sebagian berkata: Anda telah keluar untuk jihad, karena itu kami berpendapat teruskanlah dan jangan kembali. Sebagian yang lain berkata: Yang bersamamu kini sisa-sisa sahabat Nabi SAW. Dan kami berpendapat mereka jangan dihadapkan kepada bencana waba’ ini. Umar berkata kepada mereka: Bubarlah kalian kemudian Umar minta supaya dikumpulkan tokoh Quraisy yang telah berhijrah sesudah Fathu Makkah, dan ketika mengajak musyawarah dengan mereka, mereka sepakat dengan satu suara: lebih baik tentara ini diperintahkan kembali dan tidak dihadapkan kepada waba’. Karena suara bersatu maka Umar segera berseru: esok hari pagi aku akan berangkat kembali, maka kalian siap juga dengan kendaraan untuk kembali. Abu Ubaidah bin Al Jarrah berkata: Apakah akan lari dari takdir Allah bagaimana pendapatmu jika anda mempunyai unta gembala lalu ada dua tempat menggembala yang satu subur dan lain kering, tidakkah anda gembala di tempat yang subur menurut takdir Allah atau anda gembala di tempat yang kering juga dengan takdir Allah? kemudian di tengah-tengah soal jawab itu tibalah Abdurrahman bin ‘Auf yang selama ini tidak hadir karena ada hajat, lalu Abdurrahman berkata: saya ada mempunyai pengetahuan tentang itu, saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: jika kalian mendengar adanya penyakit waba’ di suatu tempat maka janganlah kalian masuk tempat itu (daerah itu), tetapi jika terjadi di tempat yang kamu sedang berada di sana maka jangan keluar karena melarikan diri padanya. Umar r.a. mendengar keterangan Abdurrahman bin ‘Auf itu segera mengucap Alhamdulillah, kemudian langsung berangkat pulang (kembali ). (HR. Bukhori dan Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 11 Januari 2012

IKATAN PERSAUDARAAN ANTARA SESAMA MUSLIM DAN PENTINGNYA KESEHATAN

1.      Ikatan Persaudaraan antar Sesama Muslim
a.      Orang Islam itu Bersaudara
Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Oleh karena itu orang Islam diwajibkan untuk selalu berbuat baik kepada sesamanya, seperti mereka berbuat baik kepada saudaranya. Seorang muslim harus membantu sesama muslim jika mereka sedang dalam kesulitan, dan harus turut bahagia jika orang lain bahagia. Seseorang akan selalu berbuat baik kepada saudaranya, sehingga tak ada seorangpun yang akan membiarkan apabila saudaranya teraniaya atau tersakiti.
Orang yang selalu mementingkan saudaranya akan dibalas oleh Allah seperti apa yang ia lakukan. Sebagaimana hadits yang telah diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang berbunyi:

Artinya: Abdullah bin Umar r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Seorang muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari kiamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari kiamat. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits tersebut telah dijelaskan bahwa setiap orang Islam adalah saudara bagi orang Islam lainnya. Oleh karena itu seorang muslim dilarang menganiaya saudaranya dan tidak boleh membiarkan orang lain menganiayanya. Karena apa orang muslim tidak boleh menganiaya orang muslim yang lain?, disebabkan karena menganiaya itu adalah perbuatan yang diharamkan, dan hendaknya orang Islam tidak boleh saling menyakiti akan tetapi harus saling menolong dalam kebaikan dan membantu dalam mencegah kemadharatan. Kesulitan atau kesusahan yang menimpa saudara kita di dunia ketika kita membantu untuk meringankan bebannya dan bahkan menghapus kesulitannya di dunia, maka di akhirat kelak kitalah yang akan mendapatkan apa yang kita kerjakan di dunia dengan membantu mengurangi kesulitan orang lain.
b.      Orang-Orang Beriman itu Ibarat Sebuah Bangunan
Betapa butuhnya manusia satu terhadap manusia lainnya, dan jelas bahwa hanya melalui temannyalah manusia memperoleh kesempurnaan eksistensi dirinya, dan dalam keadaan terdesak manusia tentu akan meminta pertolongan kepada manusia lainnya. Karena manusia diciptakan dengan membawa kekurangan yang harus disempurnakan tidak hanya oleh dirinya sendiri. Maka dari itu dibutuhkan keadaan di mana berbagai orang bersatu dengan kesepakatan dan keselarasan seperti sebuah bangunan, yang apabila salah satu unsurnya rusak maka tentu akan kelihatan rusak seluruhnya.
Artinya: Abu Musa r.a. berkata: Nabi SAW. Bersabda: seorang mu’min terhadap sesama mu’min bagaikan satu bangunan yang setengahnya menguatkan setengahnya, lalu Nabi SAW mengeramkan jari-jarinya. (Bukhori, Muslim).
Kita harus ingat bangunan itu seperti apa? ada bangunan misal rumah, di situ ada tiang, ada pondasi, ada atap, ada dinding dan lain-lain. Ketika salah satu komponen hilang maka bangunan tidaklah akan sempurna, dan jika rumah (bangunan itu) dihuni maka orang tidak akan betah, karena tidak sempurnanya bangunan tersebut. Bagaimana jadinya jika keadaan bangunan tersebut terdapat pada seorang muslim, tentunya mereka juga akan bercerai berai jika tidak terjadi kesesuaian, keseimbangan dan persahabatan yang kuat.
c.       Larangan Mencaci Orang Islam
Orang Islam dilarang mencaci orang Islam lainnya dikarenakan semua orang Islam itu adalah bersaudara. Selain itu Allah juga sangat tidak menyukai orang yang mencaci sesamanya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
Artinya: Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Allah ta’ala berfirman: anak Adam mengganggu pada-Ku , karena ia memaki-maki masa, padahal Akulah masa itu, sebab di tangan-Ku segala urusannya, Aku yang mengubah malam dan siangnya. (HR. Bukhari dan Muslim).
2.      Pentingnya Kesehatan
a.       Mukmin yang Kuat lebih baik daripada Mukmin yang Lemah
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a , ia berkata: “Bersabda Rasulullah saw: “Orang mu’'min yang kuat itu lebih baik daripada orang mu’min yang lemah. Pada tiap-tiap sesuatu itu ada kebaikan, oleh karena itu bersungguh-sungguhlah kepada apa yang bermanfaat bagi dirimu dan mintalah pertolongan kepada Allah, jangan putus asa. Bila kamu memperoleh sesuatu, sekali-kali jangan kamu berkata: “Ini, hasil pekerjaanku, sebab seandainya aku tidak berbuat begini, maka tidak mungkin akan terjadi begini”. Tetapi katakanlah: “Allah telah menaqdirkanku dapat mengerjakan ini, seandainya tidak atas kehendaknya, tidak mungkin dapat (seperti ini) sebab perkataan “seandainya” yakni: “menyombongkan pekerjaan sendiri itu membukakan pintu bagi pekerjaan setan”. (HR. Imam Muslim).
Jadikanlah apa yang terjadi pada diri kita, apa yang telah dialami diri kita, sebagai suatu ketentuan dari Allah kepada diri kita dan pahamilah bahwa itu semua kehendak dari Allah yang harus kita jadikan sebagai ibarat untuk mengambil kemanfaatan ilmu dan menjadi evaluasi agar apa yang kita lakukan menjadi lebih baik.
Jiwa yang sehat amatlah penting tetapi ada yang lebih penting lagi dari itu yaitu hati yang sehat dan hati yang bersih. Namun akan lebih baik jika tubuh kita sehat, karena ada pepatah mengatakan bahwa: “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula”.
b.      Lima Macam dari Fitrah Manusia
Kesehatan sangat diperlukan manusia demi kelancaran aktivitasnya. Berbagai macam cara dapat dilakukan oleh manusia untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Manusia bisa menjaga kesehatan dengan selalu makan makanan yang bergizi, selalu rajin berolah raga, maupun dengan cara menjaga tubuh dari serangan kuman-kuman penyakit. Dalam sebuah hadits disebutkan beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Hadits tersebut berbunyi:
Artinya: Abu Hurairah ra. berkata: Nabi saw. Bersabda: Tuntunan fitrah lima (lima dari tuntunan fitrah): 1. Khitan, 2. Mencukur bulu disekitar kemaluan, 3. Mencabut bulu ketiak, 4. Memotong kuku, 5. Memotong atau menggunting kumis. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits diatas menerangkan tentang berbagai hal yang seyogyanya dipotong, karena keutamaannya sangatlah besar, selain untuk menjaga kesehatan juga untuk menjaga kesucian. Apabila kelima hal di atas dibiarkan begitu saja tentunya akan dimanfaatkan oleh kuman-kuman sebagai sarang tempat mereka berkembangbiak, dengan kita membiarkan kuman-kuman tersebut berkembang biak berarti kita membiarkan penyakit bersarang di tubuh kita. Sehingga kita diwajibkan untuk selalu memperhatikannya.
c.       Perintah Bersikat Gigi
Keutamaan orang selalu rajin menggosok gigi sangatlah besar, diantaranya: gigi menjadi kuat, gigi menjadi putih, gigi tidak berlubang, dan mulut tidak berbau. Rasulullah juga sangat menyenangi bersiwak (gosok gigi), Karena itu beliau bersabda:
Artinya: Abu Hurairah ra. berkata: Rasul saw. Bersabda: Andaikan aku tidak kuatir memberatkan pada umatku (atau pada orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan sembahyang. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah sangatlah menganjurkan untuk menggosok gigi atau bersiwak. Dalam hadits lain yang telah diriwayatkan oleh Bukhari menyebutkan bahwa ketika kita bersiwak hendaknya sampai ke tenggorokan sehingga ludah dapat berkurang. Dalam kitab Ta’limul Muta’alim diterangkan bahwa dengan bersiwak atau gosok gigi dapat meningkatkan daya ingat.
Menggosok gigi itu hukumnya sunah, diperbolehkan menggosok gigi dengan menggunakan kain, namun yang lebih utama adalah dengan menggunakan kayu iraq dan dengan menggunakan sesuatu yang berbau wangi/harum. Kesunatan tersebut juga ditujukan kepada orang yang tidak mempunyai gigi sama sekali.
Waktu-waktu di mana kita disunatkan bersiwak antara lain: ketika hendak melakukan sholat, ketika membaca Al-Qur’an dan hadits, ketika mulut mengeluarkan bau tak sedap, ketika gigi berwarna kuning, dan ketika kita bangun dari tidur maupun sebelum tidur.
d.      Tatkala terjadi wabah di suatu tempat
Ada banyak hal mengapa Allah menurunkan wabah penyakit ke sebuah daerah. Bisa jadi wabah itu diturunkan oleh Allah karena Allah ingin menguji kesabaran umat di daerah tersebut, atau juga karena Allah hendak memberi azab pada umat di daerah tersebut. Banyak hal dapat dilakukan ketika terjadi wabah di suatu tempat, seperti dalam hadits di bawah ini:
Artinya: Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang diturunkan Allah kepada sebagian Bani Isra’il atau atas umat yang sebelummu, maka bila kalian mendengar bahwa penyakit itu berjangkit di suatu tempat janganlah kalian masuk ke tempat itu, dan jika di daerah di mana kamu telah ada di sana maka jangan kalian keluar dari daerah itu karena melarikan diri daripadanya. (HR. Bukhori dan Muslim).
Hadits di atas menganjurkan bahwa jika kita mendengar ada penyakit yang sedang berjangkit di suatu tempat maka sebaiknya jangan masuk tempat itu, tetapi jika penyakit itu sedang mewabah di daerah tempat tinggal kita maka alangkah lebih baiknya jika kita jangan keluar dari tempat itu, karena bisa jadi daerah lain akan tertular penyakit tersebut dan seolah-olah menunjukkan bahwa kita tidak percaya takdir Ilahi. Dalam hadits yang lain juga disebutkan:
Artinya: Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Umar bin Al Khattab r.a. keluar ke syam dan ketika sampai di Sarigh bertemu dengan perwira-perwira dari tentara dan pimpinan mereka Abu Ubaidah bin Al Jarrah, mereka memberitahu padanya bahwa Waba’ (cacar, muntaber) sedang berjangkit di Syam. Umar berkata kepada Ibn Abbas: kumpulkan kemari sahabat muhajirin, maka setelah datang mereka diajak musyawarah dan diberi tahu bahwa waba’ sedang berjangkit di Syam, tiba-tiba mereka berselisih faham sebagian berkata: Anda telah keluar untuk jihad, karena itu kami berpendapat teruskanlah dan jangan kembali. Sebagian yang lain berkata: Yang bersamamu kini sisa-sisa sahabat Nabi SAW. Dan kami berpendapat mereka jangan dihadapkan kepada bencana waba’ ini. Umar berkata kepada mereka: Bubarlah kalian kemudian Umar minta supaya dikumpulkan tokoh Quraisy yang telah berhijrah sesudah Fathu Makkah, dan ketika mengajak musyawarah dengan mereka, mereka sepakat dengan satu suara: lebih baik tentara ini diperintahkan kembali dan tidak dihadapkan kepada waba’. Karena suara bersatu maka Umar segera berseru: esok hari pagi aku akan berangkat kembali, maka kalian siap juga dengan kendaraan untuk kembali. Abu Ubaidah bin Al Jarrah berkata: Apakah akan lari dari takdir Allah bagaimana pendapatmu jika anda mempunyai unta gembala lalu ada dua tempat menggembala yang satu subur dan lain kering, tidakkah anda gembala di tempat yang subur menurut takdir Allah atau anda gembala di tempat yang kering juga dengan takdir Allah? kemudian di tengah-tengah soal jawab itu tibalah Abdurrahman bin ‘Auf yang selama ini tidak hadir karena ada hajat, lalu Abdurrahman berkata: saya ada mempunyai pengetahuan tentang itu, saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: jika kalian mendengar adanya penyakit waba’ di suatu tempat maka janganlah kalian masuk tempat itu (daerah itu), tetapi jika terjadi di tempat yang kamu sedang berada di sana maka jangan keluar karena melarikan diri padanya. Umar r.a. mendengar keterangan Abdurrahman bin ‘Auf itu segera mengucap Alhamdulillah, kemudian langsung berangkat pulang (kembali ). (HR. Bukhori dan Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar